Siapa saya? Ini pertanyaan sadar yang sangat radikal. Bagaimanapun
juga, pengenalan diri adalah hal
yang mutlak dan mendasar dalam setiap insan. Dalam proses ini diperlukan
identitas. Identitas dibentuk dengan menemukan distingsi. Apa yang berbeda di
satu sisi dan yang sama di sisi lain: saya dan Anda, kami
dan kalian.
Ketika jumlah manusia makin banyak, karenanya identitas makin kompleks dan
rumit. Tapi mereka sebagai komunitas, lagi-lagi butuh pengenalan diri,
identitas. Identitas memang jadi problem paling purba. Plato dan Aristoteles
membedakan Helenis dan Barbar (Asia Kecil)--- sebuah sebutan
onomatope dari percakapan Barbar di telinga Helenis. Orang Arab mengenal Arab
dan ‘Ajam, badui dan madani.
Grosby menuliskan “The nation is a territorial community of
nativity. Berkait dg kelahiran
(hubungan darah). Berkait dg komunitas-kekerabatan. Berbeda dg keluarga, karena
nation terikat teritori. Berbeda dg kekerabatan teritorial lain (suku, negara-kota,
atau kelompok etnis) tak semata-mata karena wilayahnya yang luas, melainkan
karena keseragaman-relatif kultur yang menciptakan stabilitas sepanjang jaman.
Pendahuluan eksistensi nation tak harus fakta, melainkan juga
ingatan (bersama) yang terdapat dalam masing2 orang yang menjadi anggota sebuah
nation, ttg masa lalu. Masa lalu tak harus fakta, tapi bisa legenda, mitos.
Tidak harus akurat. Jepang tak bisa lepas dari kekaisaran Yamato (abad 4-7 M)
sbg titisan dewa matahari (Amaterazu). Atau wabah penyakit yang menyebabkan
nation Yahudi eksodus dari Mesir, juga tentang tanah yang dijanjikan dalam Bibble.
Pemahaman akan perbedaan “historis” ini memberikan pemahaman akan siapa
kami yang berbeda dengan kalian. Seorang anak dilahirkan belajar memahami
dan menggunakan bahasa nation, memahami nilai dan hukum yang berlaku di nation
tersebut. Ia belajar kepada orang lain di dalam nation di mana ia menjadi
anggotanya. Kemudian membentuk kesadaran kolektif, konsekuensi relasi
sosial dalam sebuah tradisi. Juga kesadaran-diri kolektif. Mereka yang
percaya dg dewa matahari berbeda dg yang tidak. Kesadaran-diri kolektif ini mewujud
dalam kehidupan keseharian, pakaian yang dikenakan, bahasa yang digunakan, sistem
nilai yang dianut, agama yang dipeluk.
Kesadaran akan masa lalu ini juga berkait dengan sebuah ruang, tepatnya
teritori tertentu. Tempat di mana seseorang dilahirkan. Mereka yang dilahirkan
di tempat yang sama punya semacam ikatan bersama, meski waktu kelahirannya
berbeda. Relasinya bisa dalam bentuk penamaan Germany-German, England-English, Kurdi-Kurdistan.
Misal, I’m English (baca: saya lahir di Inggris). Bagaimana dengan (pulau)
Jawa-(nation) Jawa, (bangsa) Aceh-Aceh?
Pemantik diskusi wijilan 9 November 2011
Comments