Dengan kepongahan, si Badui itu mencecar Harun. "Dasar pemimpin zalim. Saya akan sampaikan kritik yang paling pedas yang pernah engkau dengar."
Mata si Badui tadi melotot. Rupanya ia terpengaruh ajaran khawarij, yang dulu pernah mendemo Khalifah Ali bin Abi Thalib kw.
"Tidak perlu kata-kata seperti itu, Saudaraku", kata Khalifah Harun dengan pelan.
"Memangnya kenapa?!!", suara Badui itu makin tinggi.
"Apa kau tak mengerti al-Quran?...", tanya Khalifah Harun.
"Saya paham al-Quran!! Tidak seperti kamu!!"
"Kalau begitu, engkau pasti pernah pernah mendengar ayat ini:
اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (43) فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى (44)
Pergilah kamu berdua (Musa dan Harun) kepada Fir’aun, Sesungguhnya dia telah melampaui batas; Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut”
"Ya!.. Saya hafal ayat itu. Lantas mengapa?!..", ucap si Badui itu tambah ketus.
"Ketahuilah. Allah swt mengutus seorang yang lebih suci ketimbang dirimu (yakni Nabi Musa dan Nabi Harun) kepada orang yang jauh lebih buruk ketimbang aku (yakni Firaun).", kata Khalifah Harun.
Khalifah Harun menambahkan, "Dalam kondisi begitu pun Allah menyuruh Nabi Musa dan Nabi Harun berbicara dengan kata-kata yang lemah lembut. Lalu kenapa engkau berkata kasar begitu? Apa engkau lebih mulia dibanding Nabi Musa? Sehebat apakah dirimu hingga berani melangkahi firmah Allah tadi?", kata Harus Al-Rasyid tegas.
Pemuda Badui itupun terdiam seribu bahasa. Menunduk. Sedalam-dalamnya.
Comments