Jika ada sunnah Rasul yang enak-enak, kita semangat banget mengkampanyekan bahkan merayakannya. Misalnya sunnah Rasul saat malam Jumat atau poligami, meskipun kadar kesunnahan dua hal ini masih diperdebatkan di kalangan ulama. Di sini, perdebatan dalil dan argumen yang sengit di kalangan ulama seolah sepi bagi kita orang awam ini. Sebaliknya, saat berhadapan dengan sunnah Rasul yang agak berat, ya kita juga berat menjalaninya. Misalnya puasa Daud, qiyamul layl, sedekah, dsb. Bahkan terhadap sunnah-sunnah tertentu, kita pun mengungkit-ungkit dalilnya agar (salah satunya) bisa dapat yang ringan. Misalnya puasa Rajab atau 20 rekaat salat tarawih. Seorang teman pernah menulis begini: "Betul bahwa poligami itu dalam beberapa sisi ada unsur sunnah Rasul, tetapi menjaga hati istri dan anak adalah kewajiban seperti halnya menjaga keutuhan rumah tangga." katanya. Di sini kadang saya merasa kita berlaku tidak adil pada Rasul. Maafkan kami ya, Rasul. Untungn
saat lisan tak lagi abadi