Skip to main content

Posts

Media Bersuci dalam Fikih (2-habis)

Pada tulisan sebelumnya kita sudah membincang tiga mediabersuci yakni air, debu, dan batu dengan berbagai kriteria dan prosedurpemanfaatannya . Ketiga yang pertama tadi merupakan media yang lazim digunakan oleh hampir seluruh umat Islam. Sementara itu, dua media bersuci yang akan dibahas dalam artikel ini relatif jarang digunakan. Kedua terakhir ini bukanlah sebuah benda, melainkan proses. Ada dua proses yang bisa membuat satu benda najis menjadi suci yakni penyamakan dan perubahan khamr menjadi cuka. Penyamakan Secara prinsip syariat, seluruh bangkai diberi status najis. Bangkai adalah seluruh binatang yang halal dimakan tapi mati tanpa melalui prosedur penyembelihan secara syar’iy. Ketentuan ini mencakup pula binatang yang haram dimakan meskipun disembelih secara syari. Ketentuan ini mengecualikan dua jenis binatang: (i) binatang yang hanya bisa hidup di air dan (ii) binatang darat yang dalam tubuhnya tidak terdapat darah merah yang kasat mata dan mengalir. Maka bangk

Tugas Esai Kelas Fikih (25 Feb 2016)

25 Februari 2016 Kelas A (Submit 10 Maret 2016) 0. Mekanisme bersuci dan beribadah bagi pasien yang diinfus. 1. Persamaan dan perbedaan antara menutup aurat dan sifat menutup bagi muzah. 2. Kondisi darurat yang memperbolehkan tayamum. 3. Mekanisme bersuci dan beribadah bagi ibu yang dioperasi sesar.  4. Mandi sunnah setelah memandikan jenazah. 5. Tiga hukum terkait memandikan jenazah: wajib, wajib kifayah, dan sunnah. 6. Fardhu mandi.  7. Kemungkinan penggabungan antara bersuci dari hadats besar (mandi) dan hadats kecil (wudhu). 8. Hal-hal yang mewajibkan mandi. 9. Mekanisme tayamum bagi salat jamak dan salat Jumat. Kelas B (Submit 3 Maret 2016) 0. Kriteria muzah yang boleh dan sah dipakai. 1. Mekanisme dan praktik mengusah muzah. 2. Mengusap muzah bagi musafir.  3. Memandikan jenazah yang jasadnya tidak utuh. 4. Mekanisme dan praktik tayamum 5. Syarat Tayamum 6. Pembatal tayamum 7. Fardhu tayamum

Media Bersuci dalam Fikih (1)

Bersuci dalam fikih membutuhkan media yang digunakan sebagai alat untuk bersih-bersih. Media di sini adalah alat yang oleh syariat diberi status sebagai alat bersuci. Lagi-lagi kata kuncinya adalah status yang diberikan oleh syariat. Sehingga tidak mesti benda yang digunakan untuk bersuci adalah benda yang benar-benar bersih jika dilihat menggunakan kaca mata non-syariat. Ada lima media yang bisa digunakan untuk bersuci. Lima media tersebut adalah air, debu, batu, proses penyamakan, dan proses arak menjadi cuka. Masing-masing memiliki syarat tertentu yang harus dipenuhi. Kelimanya juga memiliki peruntukan yang khusus dalam bersuci. Air digunakan untuk berwudhu, mandi, dan istinja. Debu untuk tayamum sebagai ganti mandi atau wudhu. Batu untuk beristinja saja. Proses penyamakan untuk menyamak kulit bangkai. Proses menjadi cuka untuk arak. Air untuk Bersuci Air Mutlak. Air adalah media primer yang bisa digunakan untuk nyaris semua proses bersuci, baik bersuci dari hadats

Dua Jenis Bersuci dalam Fikih

Di dalam khazanah fikih, thaharah atau bersuci selalu berada pada posisi kunci. Bersuci menjadi salah satu syarat sah. Jika seseorang tidak suci, maka ibadahnya tidak dianggap sah. Oleh sebab itu, bersuci selalu menempati bab pertama dalam setiap pembahasan di nyaris setiap kitab-kitab fikih klasik. Bersuci dalam dimensi fikih diklasifikasikan ke dalam dua pola: yakni bersuci dari najis dan hadats. Suci dari Najis Yang pertama ini tentu saja terkait dengan najis. Najis adalah benda asing yang secara syariat dihukumi kotor. Kata kuncinya adalah bahwa status kotor tersebut ditetapkan oleh syariat. Jadi tidak semua benda kotor itu najis, seperti lumpur atau tanah. Tapi najis hampir selalu berupa benda kotor, semisal nanah, air seni, tinja, darah, bangkai, dan seterusnya. Karena najis merupakan benda asing, maka cara pensuciannya adalah dengan menghilangkan fisik benda tersebut secara benar-benar bersih hingga seluruh sifatnya hilang. Dalam bahasa fikih proses ini dise

Membedakan Hukum Islam, Syariah, Fikih, dan Kanun (Reblog)

Di kalangan masyarakat umum, ada tiga istilah dalam tradisi Islam yang seringkali dipahami secara rancu. Ketiga istilah ini adalah hukum Islam, syariah, dan fikih. Ada kalanya orang menyebut hukum Islam, tetapi yang ia maksud adalah fikih. Ada pula orang yang menggunakan istilah syariah tetapi yang ia maksud adalah fikih. Padahal ketiganya adalah entitas yang berbeda. Sementara itu, istilah keempat (kanun) jarang disebut oleh masyarakat, kecuali masyarakat Aceh. Dalam penyebutan di kalangan masyarakat Aceh, istilah ini hampir tidak dijumpai persoalan salah pemahaman. Hal ini karena istilah kanun sudah lazim digunakan sesuai dengan konteks yang benar oleh pemerintah dan masyarakat. Syariah Syariah dalam pengertian bahasa adalah jalan setapak, jalan tempat air mengalir, atau jalan menuju mata air. Dalam tradisi kajian Islam, syariat adalah sekumpulan garis besar ajaran Islam yang mengatur peri kehidupan seorang muslim. Karena ia adalah garis besar, maka syariat ini memua

Karya Tulis Ilmiah (1); Merunut Akar Karya Tulis Ilmiah

Pada mulanya Tuhan menciptakan alam semesta. Di dalam alam semesta inilah kemudian manusia terlahir, hidup, dan berkembang biak. Relasi antara semesta dengan manusia adalah relasi timbal balik. Manusia menyandarkan hidupnya kepada alam sebagai bagian darinya. Sementara itu, alam menjadikan manusia sebagai salah satu agen penting dalam peradaban. Berhadapan dengan alam manusia kemudian mencerdasinya dengan berbekal akal budi yang ia miliki. Dari sinilah, manusia mengeksplorasi alam semesta. Ia mencari tahu apa dan bagaimana semesta itu. Manusia mengeksplorasi sifat dan kandungan alam semesta melalui panca indera. Dari panca indera inilah manusia mendapatkan gambaran tentang semesta. Segala yang ia ketahui tentang alam semesta pada mulanya disebut pengetahuan ( knowledge ). Pengetahuan ini bersifat umum, berserak, dan merentang dari berbagai sisi kehidupan. Manusia tahu bahwa daun berada di atas tumbuhan; daun berwarna hijau; daun ada yang enak dimakan, ada pula yang pahit dan bahk

PEMBLOKIRAN SITUS RADIKAL

Pemerintah (1) vs Pro-Situs (5) Pemerintah (1) Pemerintah berhasil memblok situs yang ditengarai mendukung gerakan radikal Islam dan mendukung ISIS. Masyarakat yang selama ini gelisah cukup puas namun sekaligus was-was. Pro situs (1) Kalangan pro-situs radikal berhasil menggoreng wacana yang berkembang, dari "pemblokiran situs radikal" menuju "pemblokiran situs Islam." Hasilnya, meski lamat-lamat muncul wacana bahwa pemerintah anti-Islam. Dan tampaknya isu ini akan terus digoreng karena kemripik. Pro-situs (2) Meskipun tidak sepakat dengan konten status radikal, kalangan kelas tengah kritis tidak setuju dengan pemblokiran media tanpa adanya mekanisme yang transparan dan bisa dipertanggungjawabkan. Kelas tengah kritis ini khawatir kebijakan pemerintah semacam ini bisa saja menimpa situs-situs kesayangan mereka yang kritis-kritis itu. Pro-situs radikal mendapat teman di sini untuk menggugat kebijakan pemerintah. Pro-situs (3) Hanya dengan beberapa tr